Langsung ke konten utama

Dolar AS Bertahan di Dekat Tertinggi 1 Tahun, Debat Pagu Utang Jadi Sorotan

 PT Rifan Financindo  || Dolar AS sedikit melemah pada Kamis (30/09) petang, tetapi tetap mendekati level tertinggi satu tahun didukung permintaan safe haven yang sedang berlangsung dan ekspektasi kebijakan moneter AS yang lebih ketat dalam waktu dekat.

Pada pukul 14.58 WIB, Indeks Dolar AS bergerak melemah 0,07% di 94,287 menurut data Investing.com. Indeks mencapai level 94.435 pada hari Rabu, pertama kali sejak September 2020.

USD/JPY turun tipis 0,08% di 111,88, setelah naik ke level tertinggi sejak Februari 2020. EUR/USD naik tipis 0,11% ke 1,1608, tepat di atas level terendah 10 bulan, GBP/USD naik 0,17% di 1,3445, dibantu oleh katalis PDB kuartal II yang tumbuh 5,5%, lebih besar dari ekspektasi, sementara AUD/USD menguat 0,54% di 0,7214 pukul 15.04 WIB.

Sementara rupiah ditutup melemah 0,16% di 14.312,5 per dolar AS hingga pukul 14.59 WIB.

Pasar saham telah naik lebih tinggi pada hari Kamis, rebound pasca anjlok sebelumnya, tetapi imbal hasil Treasury AS tetap naik, di mana imbal hasil patokan 10 tahun masih mendekati level tertinggi sejak Juni, memberikan dolar dukungan.

Mendorong imbal hasil lebih tinggi adalah kekhawatiran bahwa Federal Reserve dapat mulai mengurangi program pembelian obligasi sebelum akhir tahun dalam periode pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan inflasi yang terus tinggi.

Juga membantu safe haven dolar adalah kebuntuan atas plafon utang AS saat ini yang mengancam akan menutup operasional pemerintah.

Ketua Mayoritas Senat AS Chuck Schumer mengatakan Rabu malam setempat bahwa anggota parlemen telah mencapai kesepakatan untuk memperpanjang belanja pemerintah hingga 3 Desember, tetapi ini hanya menunda masalah dan ancaman default bencana tetap nyata, meskipun sering telah dihindari berkali-kali sebelumnya dalam situasi yang sama.

"Ketidakpastian seputar waktu undang-undang pagu utang dapat terus membuat pasar utang menjadi khawatir yang sudah terbebani inflasi dan menambah kekhawatiran," kata analis di ING dalam catatan. “Pada akhirnya, ini akan membantu dolar lemah yang disebabkan oleh perbaikan dalam lingkungan risiko sebagai jangka pendek, menurut pandangan kami.”

PT Rifan Financindo  || Juga membantu greenback adalah kekhawatiran dari prospek pertumbuhan di China, negara ekonomi terbesar kedua di dunia, terutama setelah aktivitas pabrik tak terduga berkontraksi pada September karena harga bahan baku yang tinggi dan pemadaman listrik terus menekan produsen.

USD/CNY turun 0,12% di 6,4623 pukul 15.10 WIB setelah indeks manajer pembelian manufaktur resmi turun menjadi 49,6 pada September dibandingkan 50,1 pada Agustus, tergelincir ke wilayah kontraksi untuk pertama kalinya sejak Februari 2020.

USD/CZK naik 0,07% menjelang pertemuan penetapan kebijakan Bank Nasional Ceko Kamis malam setempat, yang diperkirakan akan melihat bank menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,25%. Itu akan menjadi peningkatan terbesar sejak 1997 setelah lonjakan inflasi yang terjadi baru-baru ini.


 

Baca juga :
pt rifan financindo
rifanfinancindo
rifan financindo

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WHO Beri Peringatan Keras soal Varian Delta

 Jakarta, PT Rifan Financindo || - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan keras ke dunia soal penyebaran varian corona B.1.617 yang kini disebut varian Delta.Dalam laporan terbarunya, WHO menyebut varian yang masuk ke dalam 'variant of concern' ini sudah menyebar luas bahkan hingga ke 80 negara dan terus bermutasi. Variant of concern mengindikasikan bahwa varian ini harus menjadi perhatian karena mengancam kesehatan global, dengan penyebaran cepat dan meningkatkan keterisian rumah sakit.Pemimpin Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerhove mengatakan penelitian terbaru menunjukkan bahwa varian ini lebih menular dibanding yang lain dan dapat menimbulkan gejala lebih parah. Bahkan ada mutasi baru, Delta Plus. "Ada mutasi tambahan yang telah diidentifikasi... Di beberapa varian delta kami telah melihat satu mutasi lebih sedikit atau satu penghapusan alih-alih tambahan, jadi kami melihat semuanya," jelasnya ditulis CNBC Internasional, Kamis (17/6/2021). Vari

Anggota DPR tak setuju penghapusan BBM premium pada tahun 2022

  Jakarta ( PT Rifan Financindo ) - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyatakan tidak setuju dengan kebijakan terkait penghapusan BBM jenis premium pada tahun 2022 mendatang karena berpotensi menambah beban perekonomian di tengah masyarakat. Mulyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, menyatakan bahwa saat ini daya beli masyarakat sedang lemah karena terdampak pandemi COVID-19.“Terkait rencana Premium dihapus 1 Januari 2022, kami tidak sependapat di tengah pandemi yang sekarang ini,” ujar Mulyanto. Sedangkan pada tahun 2022, masih menurut dia, belum tentu pula terjadi pemulihan daya beli masyarakat tersebut.Mulyanto menegaskan dirinya bukan anti pada BBM ramah lingkungan. Namun, dia minta Pemerintah memikirkan solusi alternatif bagi masyarakat bila ingin menghapus premium. “Saya minta Pemerintah mencari solusi alternatif yang lebih elegan agar tujuan menjaga kelestarian lingkungan hidup tercapai namun beban hidup masyarakat tidak bertambah,” tegasnya.Mulyanto juga memperta

Emas Melemah Karena Penguatan Dolar AS

 PT Rifan Financindo || Emas mencapai rekor tertinggi pada hari Senin karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dari meningkatnya kasus covid-19 mendukung daya tarik safe-haven, sebelum akhirnya melemah karen a lonjakan dolar AS memicu aksi ambil untung.Berdasarkan data investing.com pukul 21.30 WIB, emas spot turun 0,23% menjadi $ 1.971,52 per ons, setelah mencapai rekor tertinggi $ 1.984,66 di awal perdagangan Asia. Emas berjangka AS naik 0,09% ke level $ 1,975.98. Namun langkah menuju $ 2.000 diproyeksikan terjadi dalam waktu dekat, dengan sejumlah faktor termasuk data ekonomi yang lebih lemah dan meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Cina yang mendorong penguatan emas.Harga emas telah melonjak sekitar 30% sepanjang tahun ini, didukung suku bunga yang lebih rendah dan langkah-langkah stimulus oleh bank sentral global untuk meredam pukulan ekonomi dari pandemi. Kasus infeksi COVID-19 telah mencapai 18 juta di seluruh dunia, dan para ahli virus Gedung Putih menga