Langsung ke konten utama

Emas naik tipis 0,4 dolar ditopang pelemahan "greenback"

 Chicago ( Rifanfinancindo ) - Harga emas sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) terangkat oleh pelemahan dolar, tetapi kenaikan Wall Street yang dipicu harapan untuk pemulihan ekonomi cepat menyusul data pekerjaan dan sektor jasa AS yang kuat membatasi keuntungan logam mulia.Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi COMEX New York Exchange, naik tipis 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi ditutup pada 1.728,80 dolar AS per ounce. Bursa emas tutup pada Jumat (2/4/2021) untuk libur Paskah. Sebelumnya, Kamis (1/4/2021), emas berjangka melonjak 12,8 dolar AS atau 0,75 persen menjadi 1.728,40 dolar AS.

Emas berjangka juga melambung 29,6 dolar AS atau 1,76 persen menjadi 1.715,60 dolar AS pada Rabu (31/3/2021), setelah anjlok 28,6 dolar AS atau 1,67 persen menjadi 1.686 dolar AS pada Selasa (30/3/2021), dan terpuruk 20,10 dolar AS atau 1,16 persen menjadi 1.712,20 dolar AS pada Senin (29/3/2021)."Ada optimisme luas untuk pemulihan ekonomi AS ... Pasar saham AS yang kuat secara teknis merupakan lingkungan yang sulit untuk emas," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Indeks S&P 500 dan Dow mencapai rekor tertinggi di tengah data yang menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja terbanyak dalam tujuh bulan pada Maret. Data Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/4/2021), menunjukkan 916.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan tersebut, hasil terbaik dari ukuran ini. sejak Agustus.Sementara itu, ukuran aktivitas sektor jasa melonjak ke rekor tertinggi. Institute for Supply Management melaporkan indeks manajer pembelian sektor jasa-jasa naik ke level tertinggi sepanjang masa di 63,7 pada Maret, naik dari 55,3 pada Februari.

Dolar mencapai level terendah lebih dari satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Emas juga mendapat dukungan dari laporan Departemen Perdagangan AS pada Senin (5/4/2021) bahwa pesanan pabrik turun 0,8 persen pada Februari setelah melonjak 2,7 persen pada Januari.Sementara itu, pengumuman Presiden AS Joe Biden tentang rencana belanja infrastruktur dua triliun dolar AS yang telah lama ditunggu-tunggu minggu lalu telah memicu kekhawatiran tentang inflasi.

"Stimulus bersifat inflasi dan berpotensi  untuk emas dalam jangka panjang, dan juga perak, tetapi pada jangka pendek pedagang fokus pada aspek ekonomi positif dari paket stimulus," kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.Investor juga menunggu risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada Rabu (7/4/2021) untuk arahan.

"Sejauh ini, The Fed cukup berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah hingga akhir 2023, tetapi jika inflasi meningkat ... maka mereka akan mencapai tujuan jangka panjang lebih cepat dari yang diharapkan," kata Jigar Trivedi, analis komoditas pada Anand Rathi Shares yang berbasis di Mumbai."Jika itu terjadi, kami akan melihat kenaikan suku bunga dan itu akan berdampak negatif bagi harga emas."

 ( Rifanfinancindo ) Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 16,8 sen atau 0,67 persen menjadi ditutup pada 24,78 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 1,2 dolar AS atau 0,1 persen menjadi ditutup pada 1.209,8 dolar AS per ounce. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harga Emas Turun Tipis, Fed Indikasi Pengurangan Aset Bisa Lebih Cepat

  Rifanfinancindo || Harga emas turun pada Kamis petang. Investor mencerna pernyataan dari Federal Reserve AS yang mengindikasikan bank sentral dapat memulai pengurangan aset lebih cepat dari yang diharapkan.Harga emas berjangka turun tipis 0,09% di $1.812,80 per troy ons pukul 14.26 WIB menurut data Investing.com. Amerika Serikat merilis beberapa data ekonomi yang menunjukkan perubahan ketenagakerjaan nonpertanian ADP sebesar 330.000 pada bulan Juli, angka ini lebih rendah dari estimasi. Data juga mengatakan indeks manajer pembelian jasa (PMI) mencapai 59,9, sedangkan pekerjaan nonmanufaktur dari Institute of Supply Management (ISM) berada di 53,8 dan PMI non-manufaktur ISM berada di 64,1. Investor sekarang akan memantau laporan pekerjaan AS hari Jumat, termasuk gaji nonpertanian, untuk mengukur langkah Fed selanjutnya.Di Asia Pasifik, data perdagangan Australia bulan Juni, yang dirilis sebelumnya, mengatakan ekspor naik 4% bulan ke bulan, impor tumbuh 1% bulan ke bulan dan nerac...

Pasar Saham Berjangka Eropa Melemah

Rifan Financindo ||   Pasar saham berjangka Eropa melemah pada Rabu (19/05) petang pasca terjadinya aksi jual di Wall Street akibat ketidakpastian seputar kondisi inflasi dan kebijakan Federal Reserve di masa depan.Pada pukul 13.40 WIB, DAX futures Jerman turun 0,26% ke 15.252,5, CAC 40 futures Prancis turun 1,28% di 6.271,5 dan FTSE 100 futures di Inggris jatuh 0,94% ke 6.960,5 menurut data Investing.com. Dari Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona merah dan turun 1,16% ke 5.766,74 hingga pukul 13.58 WIB. Indeks utama di Wall Street gagal mempertahankan kenaikannya setelah rilis pendapatan ritel yang kuat pada Selasa, hingga akhirnya menderita aksi jual tajam hingga penutupan perdagangan. Semua saham teknologi utama berakhir di zona merah karena investor tampaknya tidak ingin menahan perusahaan-perusahaan dengan orientasi pertumbuhan ini hingga rilis risalah pertemuan Federal Reserve terakhir. Saham-saham akhir-akhir ini mengalami tekanan akibat kekhawa...

Inflasi IHK November 2021 Tetap Rendah

Rifanfinancindo || Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 mengalami inflasi 0,37% (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,12% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi di semua kelompok yaitu inti, volatile food, dan administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK November 2021 tercatat 1,75% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,66% (yoy). Inflasi diprakirakan berada di bawah batas bawah kisaran sasarannya 3,0±1% pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022. Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya. Inflasi inti pada November 2021 tercatat 0,17% (mtm), meningkat dari inflasi Oktober 2021 sebesar 0,07% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, kenaikan inflasi inti terutama dipengaruhi...