Langsung ke konten utama

Ada Sinyal Ekonomi Pulih, Saatnya Rupiah ke 14.000/US$ Lagi

Jakarta, Rifanfinancindo  - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.110/US$ pada perdagangan Selasa kemarin, meski sempat melemah hingga 0,85%. Rupiah berhasil menghentikan penurunan 2 hari beruntun, meski belum mampu menguat lagi.


Pada perdagangan hari ini, Rabu (24/6/2020), peluang rupiah untuk kembali menguat terbuka cukup lebar.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR berada dalam fase konsolidasi dalam dua pekan lalu, dan kembali berada di atas level psikologis Rp 14.000/US$. Fase konsolidasi semakin terlihat setelah di awal pekan rupiah membentuk pola Doji.

Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.

Terbukti, setelah membentuk Doji, rentang pergerakan rupiah tidak terlalu besar.

Sementara Selasa kemarin, rupiah membentuk pola Gravestone Doji, dimana level penutupan sama dengan penutupan, dan berada di low intraday.

Secara psikologis, Gravestone Doji menunjukkan pelaku pasar yang menjual dolar AS sedang mendominasi pasar. Pola ini juga sering dijadikan sinyal penurunan suatu instrumen, dalam hal ini USD/IDR, artinya sinyal dolar AS akan melemah dan rupiah menguat.

Tekanan terhadap rupiah sebenarnya sudah mulai berkurang melihat indikator stochastic pada grafik sudah keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.

Resisten (tahanan atas) terdekat berada di Rp 14.150/US$, selama tertahan di bawah level tersebut rupiah berpeluang menguat menuju level psikologis Rp 14.000/US$.

Sementara jika resisten ditembus, rupiah berpeluang melemah menuju Rp 14.300/US$.

Untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).

Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Secara fundamental, membaiknya sentimen pelaku pasar berpotensi menopang rupiah penguatan rupiah hari ini. Mood pelaku pasar yang sedang bagus tercermin dari penguatan bursa saham AS (Wall Street) yang menjadi kiblat bursa saham dunia, Selasa kemarin.

Bursa saham Eropa juga berakhir di zona hijau kemarin. Tanda-tanda pemulihan ekonomi di Eropa menjadi pemicu penguatan bursa saham. Kemarin, Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa dari zona euro yang cukup mengejutkan.

PMI manufaktur Prancis kembali menunjukkan ekspansi, kemudian Jerman dan zona euro secara keseluruhan meski masih berkontraksi tetapi menunjukkan perbaikan yang jauh lebih baik dari prediksi analis.

Data PMI tersebut mengingatkan PMI manufaktur China yang juga langsung berekspansi ketika kebijakan lockdown dilonggarkan.

Rifanfinancindo || Harapan akan pemulihan ekonomi V-shape (merosot tajam dan pulih dengan cepat) pun kembali muncul, yang membuat mood pelaku pasar membaik. Rupiah berpeluang kembali perkasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harga Emas Turun Tipis, Fed Indikasi Pengurangan Aset Bisa Lebih Cepat

  Rifanfinancindo || Harga emas turun pada Kamis petang. Investor mencerna pernyataan dari Federal Reserve AS yang mengindikasikan bank sentral dapat memulai pengurangan aset lebih cepat dari yang diharapkan.Harga emas berjangka turun tipis 0,09% di $1.812,80 per troy ons pukul 14.26 WIB menurut data Investing.com. Amerika Serikat merilis beberapa data ekonomi yang menunjukkan perubahan ketenagakerjaan nonpertanian ADP sebesar 330.000 pada bulan Juli, angka ini lebih rendah dari estimasi. Data juga mengatakan indeks manajer pembelian jasa (PMI) mencapai 59,9, sedangkan pekerjaan nonmanufaktur dari Institute of Supply Management (ISM) berada di 53,8 dan PMI non-manufaktur ISM berada di 64,1. Investor sekarang akan memantau laporan pekerjaan AS hari Jumat, termasuk gaji nonpertanian, untuk mengukur langkah Fed selanjutnya.Di Asia Pasifik, data perdagangan Australia bulan Juni, yang dirilis sebelumnya, mengatakan ekspor naik 4% bulan ke bulan, impor tumbuh 1% bulan ke bulan dan nerac...

Pasar Saham Berjangka Eropa Melemah

Rifan Financindo ||   Pasar saham berjangka Eropa melemah pada Rabu (19/05) petang pasca terjadinya aksi jual di Wall Street akibat ketidakpastian seputar kondisi inflasi dan kebijakan Federal Reserve di masa depan.Pada pukul 13.40 WIB, DAX futures Jerman turun 0,26% ke 15.252,5, CAC 40 futures Prancis turun 1,28% di 6.271,5 dan FTSE 100 futures di Inggris jatuh 0,94% ke 6.960,5 menurut data Investing.com. Dari Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona merah dan turun 1,16% ke 5.766,74 hingga pukul 13.58 WIB. Indeks utama di Wall Street gagal mempertahankan kenaikannya setelah rilis pendapatan ritel yang kuat pada Selasa, hingga akhirnya menderita aksi jual tajam hingga penutupan perdagangan. Semua saham teknologi utama berakhir di zona merah karena investor tampaknya tidak ingin menahan perusahaan-perusahaan dengan orientasi pertumbuhan ini hingga rilis risalah pertemuan Federal Reserve terakhir. Saham-saham akhir-akhir ini mengalami tekanan akibat kekhawa...

Inflasi IHK November 2021 Tetap Rendah

Rifanfinancindo || Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 mengalami inflasi 0,37% (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,12% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi di semua kelompok yaitu inti, volatile food, dan administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK November 2021 tercatat 1,75% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,66% (yoy). Inflasi diprakirakan berada di bawah batas bawah kisaran sasarannya 3,0±1% pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022. Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya. Inflasi inti pada November 2021 tercatat 0,17% (mtm), meningkat dari inflasi Oktober 2021 sebesar 0,07% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, kenaikan inflasi inti terutama dipengaruhi...